Sunday, May 15, 2011

Tafsir al-Azhar


And know that your possessions and your children are a test, and that with Allah is immense reward.
8 : 28

I like very this short ayat in Surah al Anfal .
Of all the tafsir, I like most that of Hamka. Not many amongst us visit him.
I find him very much under-rated, most preferring Ibnu Kathir etc and etc.
What I like most about Hamka is that in one read you get the whole spectrum, from the the Salaf to the contemporary and to the 'radical' [ Qutbism, Mawdudi ] with examples given not so alien to our current world view. You just pick your choice and your leaning.

Let us look at his tafsir of 8 : 28 .


Dua kali kita bertemu dengan perkataan Fitnah. Yang pertama fitnah yang umum bernegara dan bermasyarakat[ ayat 25 ]. Sekarang fitnah terhadap diri sendiri. Ayat ini menerangkan bahawa anak dan harta benda adalah fitnah, yang bererti percobaan. Sebagai orang tua yang bertanggong jawab, kita merasa berbahagia sekali dengan adanya anak keturunan. Siang malam kita berusaha mencarikan nafkah buat anak, termasuk isteri. Artinya rumahtangga tanggungan kita. Untuk itu kita memerlukan kekayaan.

Kasih sayang kepada anak adalah termasuk naluri asli manusia, bahkan naluri seluruh yang bernyawa. Sebab anak adalah pelanjut hidup dan penyambung keturunan. Rasa bahagia di hari tua, kerelaan menghadapi maut, kalau anak sudah besar dan memenuhi harapan. Sebab itu kita tidaklah heran jika kita lihat setengah manusia apabila sudah beranak, tidak mengiri-menganan lagi, terus tertumpah segala kegiatan hidupnya untuk memikirkan anak. Mencari kekayaan buat membela dan membelanjai anak. Siang malam memikirkan anak. Dan anak !

Di dalam ayat ini disebutkan, demikian diayat-ayat yang lain, anak terlebih dahulu daripada harta. Kerana betapapun kaya melimpah limpah hartabenda, kalau anak tidak ada, hidup terasa kosong. Tetapi kalau anak telah ada, kitapun giat mencari harta. Dan kalau anak dan harta telah ada, timbullah kebanggaan hidup dan timbullah gembira. Disinilah mulai datang fitnah, artinya cobaan. Orang bisa lupa kepada yang memberi nikmat kerana dipukau oleh nikmat itu sendiri. Ada sebuah hadith yang dirawikan oleh Abu said al- Kudri :

" Anak adalah buah hati, dan sesungguhnya dai adalah menimbulkan pengecut, menimbulkan bakhil dan menimbulkan dukacita. "

'Buah hati pengerang jantung' demikian ungkapan pepatah bangsa kita tentang anak. Lantaran anak, orang bisa jadi pengecut, takut berjuang, takut mati, takut tampil untuk mengerjakan pekerjaaan besar-besar. Sebab anak mengikat kaki. Anak menimbulkan bakhil, tidak amhu berkurban, tidak mahu berderma, tidak mahu membantu orang lain. Tetapi anakpun kerap membawa dukacita. Setelah anak-anak membesar, akan ada saja anak yang membuat hati ayah bundanya jadi duka, makan hati berulam jantung. Dan beranak berdua, bertiga, berlain-lain saja perangai dan nasibnya. Gembiralah melihat yang jaya, pedih melihat yang gagal. Oleh sebab anak dan hartabenda itu, orang bisa mendapat fitnah dan cobaan besar.

Orang bisa hanya menjuruskan segenap hidupnya untuk anak dan harta. Ini adalah bahaya. Kerana di samping kewajiban kepada anak dan mengumpul harta, kita sekali-kali tidak boleh lupa kewajipan kita kepada Allah. Tiap-tiap orang tua mengurbankan hidup untuk anak, padahal anak-anak itu akan membesar dan dewasa dan berumah tangga pula. Merekapun akan beranak pula, sebagai kita beranak mereka. Satu waktu anak laki laki akan keluar dan anak perempuan akan menurutkan suaminya. Kalau umur panjang, kita akan tinggal dalam kesepian, dan setelah itu mati. Apa bekal yang kita bawa untuk menghadap Allah ?

Olih itu didalam memelihara anak dan mengumpul harta, ingatlahlah bahawa yang akan membalas budi kepada kita adalah Allah saja. Anak dan harta tidak akan membalas budi kepada kita, hanyalah Allah saja. Anak dan harta kita tidak akan dapat membantu kita. Pahala yang besar hanyalah tersedia pada Allah.

Maka uruslah anak dan harta itu baik-baik dalam lingkaran mencari pahala yang tersedia pada sisi Allah. Beri kepada anak pendidikan yang baik, sehingga mereka menjadi syafaat di akhirat. Kalau tidak demikian, maka anak dan harta itu akan memebawa celaka sendiri sebab terpisah dari Allah.

Anak dan harta akan kita tinggalkan,atau akan meninggalkan kita. Tetapi kita terang akan kembali kepada Allah.


Very succinct advice and profound observation. That is the ball game of life.
Ringgit Malaysia will continue to seek for more Ringgit Malaysia but at the end of our time, what do we have ?

Rivalry in worldly increase distracteth you . Until ye come to the graves. Nay, but ye will come to know! Nay, but ye will come to know! Nay, would that ye knew (now) with a sure knowledge! For ye will behold hell-fire. Aye, ye will behold it with sure vision. Then, on that day, ye will be asked concerning pleasure.

102 : 1-8

No comments: